Cariers mungkin sering mendengar jalan Thamrin di Jakarta tapi bisa dipastikan baru sedikit dari kamu yang tahu atau minimal pernah mendengar Museum MH Thamrin. Ya kan?
Museum MH Thamrin ini terletak di tepi Jalan Kramat Raya dekat dengan kampus Gunadarma, tepatnya di Jalan Kenari II No 15 RW 04, Senen, Jakarta Pusat. Museum MH Thamrin diresmikan pada 11 Januari 1986, setelah sebelumnya di tahun 1972 ditetapkan sebagai bagunan Cagar Budaya.
Museum buka setiap hari Selasa sampai hari Minggu mulai pukul 9 pagi dan tutup pukul 4 sore. Harga tiket masuknya cukup terjangkau, hanya Rp 5.000 untuk dewasa, Rp 3.000 untuk mahasiswa dan Rp 2.000 untuk pelajar.
Halaman depan Museum MH Thamrin cukup luas, bisa digunakan untuk tempat parkir. Terdapat Patung MH Thamrin dalam posisi melangkah sambil mengapit buku dan mengenakan peci. Ternyata patung tersebut diletakan sekaligus diresmikan pada 15 Februari 1987. Di belakang patung terdapat tulisan “Memilih djalan jang sesoeai dengan perasaan ra’jat akan membikin ia bekerdja bersama-sama dengan gembira oentoek kesentaoesaan Noesa dan Bangsa”.
Kenapa sih namanya Gedung Museum MH Thamrin? Karena dulunya gedung ini dimiliki oleh Mohammad Husni Thamrin. Meskipun awalnya gedung ini dibangun oleh orang Belanda yang bernama Meneer Has. Dulu, gedung ini digunakan untuk rumah pemotongan hewan serta tempat menampung buah-buahan yang dikirimkan langsung dari Australia untuk instansi-instansi Belanda di Jakarta.
Siapa MH Thamrin? Ia lahir di Sawah Besar, Jakarta Pusat tanggal 16 Februari 1894. Merupakan anak dari Wedana Tabri Thamrin dan Nurhana. Sejak kecil ia cerdas dan suka bergaul, ia mengenyam pendidikan kolonial sambil belajar mengaji. Ia memiliki pola pikir maju sekaligus mempertahankan identitas kebetawiannya.
Tepat pada 12 Maret 1927, MH Thamrin membeli gedung ini dan gedung beralih fungsi menjadi tempat untuk rapat permufakatan dan kongres rakyat dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan NKRI pada masa itu. Gedung ini menjadi saksi dari banyaknya peristiwa bersejarah yang terjadi. Tidak banyak yang tahu juga kalau di gedung ini, lahirlah gagasan politik perjuangan NKRI oleh pemuda pergerakan Indonesia.
Cariers pasti tahu lagu Indonesia Raya yang diciptakan oelh WR Supratman, kan? Nah, konsep lagu tersebut pertama kali diperdengarkan secara instrumental di gedung ini. WOW!
Selain itu, gedung Museum MH Thamrin juga menjadi tempat untuk menyelenggarakan gerakan pendidikan Perguruan Rakyat pada 11 Desember 1928. Perguruan rakyat membuka berbagai kursus malam hari seperti pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sejarah Indonesia, Tatanegara sampai ceramah.
Beberapa pengajar besar sempat mengajar di sini, ia adalah Ki Hajar Dewantara yang mengajar pelajaran pendidikan, Dr. Sarjito mengajar mata pelajaran pemberantasan penyakit, Dr. Mr. Moh. Nazief mengajar tentang kesehatan dan jurnalistik, Dr. Purbacaraka mengajar tentang Bahasa Kawi Kawi sampai ada H. Agus Salim yang mengajar tentang Agama Islam.
Baca Juga:
>> Ini Dia Patung Buddha Tidur di Bogor yang Banyak Dicari Wisatawan
>> 3 Jam di Pasar Baru? Kamu Bisa Sekalian Wisata Religi di Jakarta!
Usut punya usut, Ismail Marzuki merupakan salah satu mahasiswa dari Perguruan Rakyat. Di gedung Museum MH Thamrin, ia mengembangkan bakat dirinya sehingga bisa menjadi seorang pemusik tanah air yang menciptakan lagu-lagu perjuangan Indonesia.
Pada tahun 1935, Kongres Persatuan Arab di Indonesia menjadikan gedung Museum MH Thamrin menjadi tuan rumah. Lalu pada 1939, gedung ini menjadi tempat dilaksanakannya Kongres Gabungan Partai Indonesia dan Kongres Partai Rakyat Indonesia. Sehingga gedung ini memiliki beragam fasilitas seperti ruang pertemuan/aula yang luas dengan daya tampung 250 rang dan halaman depan yang luas.
Di dalam museum sendiri terdapat beberapa koleksi yang dimiliki seperti foto-foto tentang kiprah perjuangan Mohammad Husni Thamrin dan pergerakan nasional Indonesia, foto-foto suasana kota Jakarta pada zaman MH Thamrin, terdapat juga lukisan tentang MH Thamrin. Hal yang menarik adalah terdapat radio yang digunakan MH Thamrin untuk mendengarkan siaran dari NIROM dan dari luar negeri.
Adapun bale-bale tempat pembaringan jenazah MH Thamrin, lemari pakaian, kursi, piring hias sampai blankon milik MH Thamrin. Di bagian lain juga terdapat buku-buku naskah tentang MH Thamrin beserta pidato-pidatonya di Volksraad.
Nah itu dia cerita singkat tentang Museum MH Thamrin. Cariers pernah berkunjung ke sana? Kalau belum atau yang sudah pernah berkunjung namun ingin berkunjung lagi, jangan lupa download dulu aplikasi pencarian tempat Cari Aja! Akan ada peta yang bisa menuntun kamu untuk sampai ke sana 🙂
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya, kata Ir Soekarno. Yuk berkunjung ke museum!
Penulis: Lianawati